TINJAUAN TEORITIS TENTANG METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAM

TINJAUAN TEORITIS TENTANG METODE
PENDIDIKAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Metode Pendidikan
Metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan atau cara”, berarti metode artinya tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada nak didik (peserta didik). Metode merupakan salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


Mohammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dengan segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat untuk untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu. Prof. Abdul Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Adapun Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang terarah bagi guru yang menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar, sehingga pengajaran menjadi berkesan.
Sedangkan kata pendidikan yang dalam bahasa Inggris “education” dan dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah”. Kata tarbiyah berasal dari kata dasar rabba ( ربي ), yurabbi ( يربي ), menjadi tarbiyah yang berarti tumbuh dan berkembang (Al-Munjid). Dalam al-Mu’jam al-Wasith terdapat penjelasan sebagai berikut:
و رباه نمى قوة الجسدية والعقلية والخلقية
Artinya: “Mendidiknya berarti menumbuhkan potensi jasmaniah, akliyah (akal) serta akhlak (budi pekertinya).”
Secara umum, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan kemampuan dasar manusia”. Bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun sistem kurikuler.
Soegarda Poerbakawatja dalam Ensiklopedi Pendidikan menggunakan pengertian pendidikan dalam arti yang luas sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya (mengalihkan kebudayaan) kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan itu adalah usaha sengaja dari orang dewasa dengan pengaruhnya meningkatkan si anak menuju arah kedewasaan dengan artian mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Dalam hal ini Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan adalah:
1. Aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi dan pribadi rohaninya (pikir, rasa, karsa, cipta, dan budi murni) dengan jasmaniah (panca indera serta ketrampilan-ketrampilan).
2. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan ini sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
3. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga tersebut dalam mencapai tujuan. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Dari beberapa pengertian mengenai metode dan pendidikan yang dikemukakan para ahli pendidik, namun yang penting kita tangkap adalah makna pokok yang terkandung dalam pengertian metode pendidikan itu sendiri, makna pokoknya antara lain:
1. Metode pendidikan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik.
2. Metode pendidikan adalah cara yang digunakan merupakan cara yang tepat guna untuk menyampaikan materi pendidikan tertentu dalam kondisi tertentu dan melalui cara itu diharapkan materi yang disampaikan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik.

B. Jenis-Jenis Metode Pendidikan
Jenis-jenis metode pendidikan menurut para ahli pendidikan antara lain, adalah:
1. Metode situasional yang mendorong manusia didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan. Metode ini dapat memberikan kesan-kesan yang menyenangkan, sehingga melekat pada ingatan yang cukup lama.
2. Metode Tarhib wa Targhib, mendorong manusia didik untuk belajar suatu bahan pelajaran atas dasar minat yang berkesadaran pribadi, terlepas dari paksaan atau tekanan mental. Belajar berdasarkan motif-motif yang bersumber dari kesadaran pribadi dipandang oleh ahli psikologi suatu kegiatan yang positif yang membawa keberhasilan proses belajar.
3. Metode belajar yang berdasarkan condotioning dapat menimbulkan konsentrasi perhatian anak didik ke arah bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru (pendidik).
4. Metode yang berdasarkan prinsip bermakna, menjadikan anak didik menyukai dan bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan perasaan suka tersebut proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar, karena manusia didik menyadari bahwa yang dipelajari gurunya terdiri dari bahan-bahan ilmu pengetahuan yang akan memberikan makna bagi hidupnya lebih lanjut.
5. Metode dialogis yang melahirkan sikap saling keterbukaan antara guru dan murid akan mendorong untuk saling memberi dan menerima (take and give) antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar.
6. Prinsip inovasi dalam proses belajar mengajar menjadikan manusia didik diberi pelajaran ilmu pengetahuan bagus yang dapat menarik minat mereka. Mereka didorong secara aktif dan inovatif serta kreatif melalui metode inquiry (menyelidiki) dan metode discovery (menemukan) fakta-fakta pengetahuan yang baru dari lingkungan sekitar dirinya sendiri.
7. Metode pemberian contoh teladan yang baik (uswatun hasanah) terhadap manusia didik, terutama anak-anak yang belum mampu berpikir kritis, akan banyak mempengaruhi pola tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Guru sebagai pembawa dan pengenal nilai-nilai agama, kultural dari ilmu pengetahuan akan memperoleh manfaat dalam mendidik anak apabila menerapkan metode ini, terutama dalam pendidikan akhlak dan agama serta sikap mental anak didik. Sistem sekolah aktif dalam melahirkan metode “belajar dengan berbuat” (learning by doing) dari ahli Amerika Serikat oleh Miss Helen Parkhuest. Dalam proses pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri metode ini lebih banyak mendapatkan perhatian dalam berbagai kesempatan. Pengaruh praktik dalam proses belajar mengajar telah banyak diselidiki oleh para ahli pendidik yang membuktikan bahwa dengan melalui praktik, seseorang akan lebih mendalam dan diingat dalam jangka lama daripada hanya belajar teori saja. Dalam penelitian dapat diketahui berbagai pengaruh cara belajar sebagai berikut:
a. Belajar hanya dengan mendengarkan (learning by learning) hanya berhasil diserap oleh manusia didik sebesar 15 persen materi pelajaran.
b. Belajar dengan menggunakan mata (visualisasi) dapat menghasilkan 55 persen dari bahan yang disajikan.
c. Belajar dengan praktik menghasilkan apersepsi sampai dengan 90 persen dari bahan yang diajarkan.
8. Metode yang menitikberatkan pada bimbingan yang berdasarkan rasa kasih sayang terhadap anak didik akan menghasilkan rasa kasih sayang terhadap anak didik akan menghasilkan kedayagunaan proses belajar mengajar. Rasa kasih sayang akan mampu memperlancar kegiatan belajar dari hambatan-hambatan psikologis akibat ketakutan atau keresahan batin dan sebagainya.
9. Di samping metode-metode di atas, dalam pendidikan Islam masih didapati metode-metode lain seperti metode cerita, metode metafora, metode tanya jawab, metode induktif, metode verbalistik, metode pemberian hukuman dan pemberian hadiah.
a. Metode cerita banyak terdapat dalam al-Quran yang bertujuan suatu cerita adalah untuk menunjukkan fakta kebenaran. Pengulangan suatu cerita menunjukkan bahwa cerita tersebut amat besar artinya bagi manusia untuk dijadikan ingatan dan peringatan serta bahan pelajaran yang diambil hikmahnya bagi kehidupan generasi berikutnya. Seluruh cerita dalam al-Quran adalah mengandung iktibar yang bersifat mendidik manusia. Dari segi psikologis, metode cerita mengandung makna reinforcement (penguatan) kepada seseorang untuk bertahan uji dalam berjuang melawan keburukan. Khusus bagi Nabi Muhammad SAW., cerita dalam Al-Quran adalah untuk menguatkan tekad Nabi dalam perjuangan melawan musuh-musuh, yaitu kaum kafir dan musyrikin.
b. Metode tanya jawab atau dialogis, seperti telah disinggung dalam metode butir lima di atas perlu ditambahkan sedikit contoh tentang penerapannya seperti dialog Tuhan dengan Nabi Ibrahim dalam surah al-Anbiya ayat 21 yang berbunyi:
       
Artinya: Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)?
c. Metode dengan metafora, yang tujuannya untuk memudahkan pengertian manusia didik tentang suatu konsep melalui pertimbangan akal. Misalnya firman Alah dalam surah al-Ankabut ayat 41 tentang perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan selain dari Allah digambarkan sebagai laba-laba yang membuat rumahnya yang sangat lemah. Firman Allah yang artinya:
Artinya: Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
Dalam surah Ibrahim ayat 18, Allah menggambarkan bahwa amalan orang kafir bagaikan abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang, mereka tidak mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang mereka usahakan (di dunia) dan yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Firman Allah yang artinya:"orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti Abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.

d. Metode hukuman dan hadiah atau pemberian (tsawab/pahala) dan iqab (siksa) yang tujuan pokoknya untuk membangkitkan perasaan tanggung jawab manusia didik. Efektifitas ini terletak pada hubungannya dengan kebutuhan individual. Seorang anak didik bila diberi hadiah, akan merasa bahwa hal itu merupakan bukti tentang penerimaan dirinya dalam berbagai ukuran norma-norma kehidupan (dalam hal ini misalnya dalam kegiatan belajar) dan karena diberi hadiah ia menjadi tenang dan tenteram hatinya. Rasa tenang dan aman adalah merupakan kebutuhan anak didik dalam belajar, sedangkan hukuman sebaliknya, merupakan ancaman terhadap rasa aman itu.
10. Metode mendidik secara kelompok disebut mutual education, misalnya dicontohkan oleh Nabi sendiri dalam mengajarkan shalat dengan mendemonstrasikan cara-cara shalat yang baik agar mereka lebih jelas dan mudah menirunya. Dengan cara berkelompok inilah maka proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif, oleh karena satu sama lain dapat saling bertanya dan saling mengoreksi bila satu sama lain melakukan kesalahan.
11. Metode pendidikan dengan menggunakan cara instruksional, yaitu yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam sikap dan bertingkah laku, agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya bersikap dan berbuat. Misalnya sabda Nabi:
ايات المنافقين ثلاث : اذا حدث كذب واذا وعد خلف واذا ائتمن خان
Artinya: Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga yaitu: apabila berbicara dia berdusta, dan apabila berjanji dia mengingkari dan apabila dia beri amanat dia khianat.
12. Dalam al-Quran terdapat firman-firman Allah yang mengandung metode bimbingan dan penyuluhan, justru karena al-Quran sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasihati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Dengan metode ini manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dia hadapi. Ayat yang menunjukkan metode ini adalah dalam surah al-Nisa ayat 58, yang artinya: Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Pendekatan yang diperlukan dalam melaksanakan metode tersebut adalah melalui sikap lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun/membimbing ke arah kebenaran.
Hal ini didasarkan atas firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 159, yang artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
13. Metode diskusi juga diperhatikan oleh al-Quran dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Perintah Allah dalam menggali manusia ke jalan benar harus dengan hikmah dan mau’izah yang baik dan membantah mereka dengan berdiskusi dengan mereka secara benar seperti dalam surah al-Nahl ayat 125 yang artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Firman Allah swt., dalam surah al-Ankabut ayat 46 yang artinya: Janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik.
14. Mendidik dengan menggunakan metode pemberian perumpamaan atau metode imtsal tentang kekuasaan Tuhan dalam menciptakan hal-hal yang hak dan hal-hal yang batil, metode ini menunjukkan bahwa metode imtsal untuk mendidik dan mengajar termasuk efektif. seperti dalam surah Ibrahim ayat 24-26 yang artinya: 24. tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
25. pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
26. dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.

Surah al-Ankabut ayat 41 yang artinya: Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
Surah al-Ra’d ayat 17 yang artinya: Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.

15. Metode taubat dan ampunan, yaitu cara membangkitkan jiwa dari rasa frustasi kepada kesegaran hidup dan optimisme dalam belajar seseorang, dengan memberikan kesempatan bertobat dan kesalahan/kekeliruan yang telah lampau yang diikuti dengan pengampunan atas dosa dan kesalahannya. Sebagai contoh adalah firman Allah dalam surah al-Nisa ayat 110 yang artinya: Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
16. Metode-metode lainnya seperti acquistion (self-education), explanation, dan exposition (penyajian) dengan disertai motivasi-motivasi belajar, juga dapat ditemui di dalam firman Allah dalam al-Quran dan berbagai sabda nabi dengan tujuan yang sama, yaitu agar manusia sebagai mahkluk Tuhan dengan kemampuan yang ada dalam dirinya bersedia menjalankan perintah.
Sedangkan menurut Muhammad al-Toumy al-Syaibani menyodorkan pembagian metode dalam pendidikan Islam, yakni metode yang umumnya pernah digunakan dalam pendidikan Islam, antara lain:
1. Metode Induksi (pengambilan kesimpulan)
Metode ini digunakan untuk mendidik agar anak didik dapat mengetahui fakta-fakta dan kaidah-kaidah umum dengan cara menyimpulkan pendapat.
2. Metode Perbandingan (Qiyasah)
Metode ini digunakan untuk mendidik agar anak didik dapat membandingkan kaidah-kaidah umum atau teori dan kemudian menganalisanya dalam bentuk rincian-rincian.
3. Metode Kuliah
Metode ini digunakan untuk mendidik anak didik agar mereka dapat mengintisarikan materi yang diberikan secara benar, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
4. Metode dialog dan perbincangan
Metode ini digunakan untuk mendidik anak agar mereka dapat mengemukakan kritik-kritik terhadap materi yang diberikan. Kritik dilakukan secara lisan melalui dialog antara guru dan anak didik.
5. Metode halaqah
6. Metode riwayat
7. Metode mendengar
8. Metode membaca
9. Metode imla
10. Metode hafalan
11. Metode pemahaman
12. Metode lawatan untuk mencari ilmu.

C. Fungsi Metode Pendidikan
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan Islam.
Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dlaam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum, dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi dan operasional dalam proses kependidikan. Oleh karena itu proses kependidikan mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi manusia didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan.
Selain dari ragam metode, al-Syaibani juga mengemukakan dasar-dasar penyusunan metode pendidikan Islam. Menurut penilaiannya, ada 4 yang menjadi dasar pertimbangan menggunakan metode pendidikan Islam, yaitu:
1. Dasar agama, meliputi pertimbangan bahwa metode yang digunakan bersumber dari tuntunan al-Quran, sunah Nabi dan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh para sahabat dan para ulama sahabat.
2. Dasar biologis, meliputi pertimbangan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia anak didik.
3. Dasar psikologis, meliputi pertimbangan terhadap motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat, dan intelektual anak didik.
4. Dasar sosial, meliputi pertimbangan sosial di lingkungan anak didik.
Karena itu, ungkap al-Syaibani selanjutnya, bahwa metode pendidikan Islam merangkum empat tujuan pokok, yaitu: (1) menolong anak didik mengembangkan kemampuan individunya, (2) membiasakan anak didik membentuk sikap diri, (3) membantu anak bertindak efektif dan efisien, dan (4) membimbing aktifitas anak didik.
Atas dorongan firman-firman Allah itulah, umat Islam sejak masa Nabi telah menaruh perhatian tentang metode mendidik dan mengajarkan agama kepada anak didik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Kemampuan psikologis dalam menerima dan menghayati serta mengamalkan ajaran agama sesuai dengan usia, bakat dan lingkungan hidupnya, seperti Nabi yang menyatakan bahwa kita harus dapat berbicara kepada manusia sesuai dengan tingkat kemampuan akal pikirannya, juga harus berdasarkan atas hikmah kebijaksanaan dan mauizah yang baik.
2. Kemampuan pendidik sendiri harus siap (paraat) baik dalam ilmu pengetahuan yang akan diajarkan maupun sikap mental serta keguruannya dalam waktu melaksanakan tugas pendidikan benar-benar mantap dan menyakinkan. Sebagaimana Ibnu Abdun pernah menasihatkan agar guru jangan mengajar pada waktu lapar, haus, sedih, marah atau tidak tenag pikirannya atau dalam keguncangan batin. Dan jangan terlalu lama pelajaran yang diberikan, sehingga menjemukan atau janganlah suaranya terlalu keras atau terlalu lemah sehingga tak terdengar oleh para pendengarnya.
3. Tujuan pendidikan harus dipegang sebagai pengaruh dalam menggunakan metode karena metode apapun hanya berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Bisa juga metode itu bersifat polyvalent (banyak guna) tidak monovalent (satu guna) saja, yang sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, pendidikan muslim perlu memahami pandangan hidup (way of life) Islam karena ia bertugas mentransformasikan nilai-nilai agama Islam ke dalam pribadi anak didik.







Comments

Popular Posts